Kamis, 17 Desember 2009

Kekhawatiran akan dampak seks terhadap kehamilan

Kekhawatiran akan dampak seks terhadap kehamilan

  • Keguguran
    Banyak pasangan yang merasa khawatir bahwa seks selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Tapi sesungguhnya masalah sebenarnya bukan pada aktivitas seksual itu sendiri. Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Bukan pada apa yang anda lakukan atau tidak lakukan.
  • Menyakiti janin
    Kontak seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin, yang terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban adalah peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin.

Ejakulasi yang terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin karena selaput ketuban yang melindungi. Penis pasangan anda juga tidak akan menyentuh bayi. Tapi jika kenyamanan adalah masalahnya, tentu ada baiknya anda bicarakan dengan pasangan mengenai posisi pilihan.

  • Orgasme memicu kelahiran prematur
    Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun kontraksi ini berbeda dengan kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika anda menjalani kehamilan yang normal, orgasme -dengan atau tanpa hubungan intim (yang berarti para lelaki tidak perlu melakukan penetrasi penis, cukup 'lainnya')- tidak memicu kelahiran prematur.
  • Khawatir saja.
    Jika anda memiliki sindrom pra-menstruasi, besar kemungkinannya anda akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada dampaknya.

Perhatikan beberapa hal ini

  • Jika anda memilih seks oral, pastikan pasangan tidak meniupkan udara ke dalam vagina. Walaupun jarang, tapi masuknya udara ke dalam pembuluh darah (emboli) dapat berakibat fatal bagi anda dan janin. Jadi sebaiknya dihindari sebisa mungkin.
  • Hindari berbaring telentang selama berhubungan intim. Jika rahim (dan janin) menekan pembuluh darah utama di bagian belakang perut, anda dapat merasa pusing (lightheaded) atau mual. (tapi jika anda tidak bermasalah dengan posisi ini, lakukan saja)
  • Jika anda memang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya pada pasangan anda. Cemas, tak nyaman, tidak tertarik sama sekali (no desire), atau tidak memungkinkan (harus menghindari), adalah beberapa alasan yang umum.

Cinta tak hanya sekitar selangkangan, kok. Pelukan yang hangat, ciuman mesra, atau pijatan yang nikmat juga merupakan bentuk perhatian seksual. Dan pasangan anda adalah orang yang paling wajib untuk mengerti segala ketidaknyamanan yang sedang anda rasakan.

  • Paparan pada penyakit menular seksual (PMS) selama kehamilan meningkatkan risiko infeksi yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan janin. Jika anda berganti pasangan seksual selama kehamilan, gunakan kondom saat berhubungan intim.
  • Berkaitan dengan penyakit menular seksual: Safe sex is no sex. Keamanan 100% adalah ketika tidak berhubungan seksual. Ini tidak berarti suami-istri sebaiknya tidak berhubungan intim. Namun jika anda termasuk yang sering berganti-ganti pasangan seksual, camkan hal tersebut baik-baik. Anda mungkin tidak akan pernah tahu hingga saatnya menyesal.

Pilihan posisi nyaman dan aman

Beberapa posisi yang nyaman untuk dicoba adalah:

  • Perempuan di atas. Posisi ini memungkinkan perempuan untuk memegang lebih banyak kendali atas gerakann. Anda dapat membuatnya lambat atau cepat, sambil mengontrol kedalaman penetrasi.
  • Posisi menyamping berhadapan dengan pasangan. Tarik satu kaki untuk memberi ruang pada pasangan untuk melakukan penetrasi.
  • Posisi menyamping namun tidak berhadapan. Pria dapat melakukan penetrasi dari belakang (tetap vaginal), yang tidak menyebabkan tekanan pada perut dan penetrasi yang tidak terlalu dalam. Posisi ini cukup nyaman dilakukan sepanjang masa kehamilan
  • Perempuan bersangga pada lutut dan tangan. Yes, doggie style. Posisi ini memungkinkan tidak terjadi tekanan langsung pada perut, meski jika kehamilan membesar, perut dapat menyentuh alas.
  • Perempuan duduk di pangkuan pasangan. Ketika hamil belum terlalu besar, posisi berhadapan dapat dilakukan. Tapi ketika perut semakin membesar, posisi tidak berhadapan dapat dipilih

Di luar pilihan posisi tersebut, anda bisa saja tetap memilih posisi perempuan di bawah, jika itu yang dirasa paling nyaman. Tentu laki-laki harus menyesuaikan, dengan tidak menimpakan berat badan seluruhnya melainkan bersangga dengan tangan atau lutut.

Ketika sebaiknya tidak berhubungan seks

  • Placenta previa
    Ini adalah keadaan ketika plasenta (sebagian atau seluruhnya) berada di bagian bawah rahim, menutupi mulut/jalan keluar janin. Plasenta sebagai pemasok makanan, normalnya terletak di atas rahim. Jika penetrasi menekan mulut rahim, dikhawatirkan akan terjadi perdarahan.
  • Kelahiran prematur
    Ibu hamil dapat diduga mengalami kelahiran prematur jika mulai mengalami kontraksi reguler sebelum usia kehamilan 37 minggu, yang menyebabkan mulut rahim mulai membuka. Orgasme dikhawatirkan akan memicu kontraksi.

Selain itu paparan terhadap hormon prostaglandin di dalam semen (cairan sperma) juga dapat memicu kontraksi, yang -walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal- harus diwaspadai jika anda memiliki risiko melahirkan (janin) prematur. Jika tetap memilih berhubungan seks, keluarkan sperma di luar.

  • Perdarahan (flek/vaginal bleeding)
    Perdarahan dapat dikaitkan dengan tanda-tanda keguguran. Maka sebaiknya hubungan seksual dihindari. Kecuali jika dokter anda menyatakan bahwa flek yang anda alami adalah gejala normal yang kadang terjadi, tergantung usia kehamilan, kondisi janin, volume dan rupa flek, dan kondisi anda sendiri.
  • Mulut rahim (cervix) lemah
    Jika mulut rahim mulai membuka secara prematur, seks dapat meningkatkan risiko infeksi.
  • Janin kembar
    Jika anda mengandung janin kembar, dokter/bidan mungkin menganjurkan untuk menghindari berhubungan intim saat kehamilan memasuki trimester tiga, walaupun hingga saat ini belum ditemukan ada hubungannya antara seks dengan kelahiran kembar prematur.

Seberapa sering?

Tidak ada patokan yang ketat tentang batas seberapa sering hubungan seksual dapat dilakukan selama kehamilan. Sepanjang kondisi kehamilan anda baik-baik saja, berapakalipun tidak masalah.

Walaupun demikian, ada baiknya anda memperhitungkan dampaknya agar tidak terlalu letih. Anda tentu tidak ingin ‘dipaksa’ istirahat dan merasa tidak senang hanya karena terlalu menikmati kesenangan hingga lupa diri. Sungguh ironi, bukan?

Setelah melahirkan: kapan mulai berhubungan seks lagi?

Tubuh anda memerlukan waktu untuk pulih ke keadaan normal seperti sebelum hamil, entah anda melahirkan melalui vagina atau dengan operasi. Banyak dokter menyarankan untuk menunggu setidaknya 6 minggu sebelum mulai berhubungan intim. Periode ini memberi waktu bagi mulut rahim untuk kembali menutup dan jahitan atau perlukaan untuk sembuh.

Sekadar selingan. Ibu mertua saya pernah bercerita bahwa kenalannya mengaku mulai berhubungan seks kembali tidak lebih dari 30 hari setelah melahirkan. Luar biasa. Yang terpikir oleh saya hanya sakitnya. "Duh, apa ngga nyeri, ya? (sambil mengingat luka episiotomi dan bengkak yang terjadi saat melahirkan anak pertama)", saya membatin sambil meringis.

Apabila anda merasa terlalu sakit atau lelah (melahirkan dan mengurus bayi baru lahir sangat melelahkan, lho!), bahkan sekadar untuk memikirkan seks, pertahankan keintiman dengan cara lain. Telepon atau pesan singkat beberapa kali dalam sehari, berendam, bersantai di spa, atau luluran, adalah beberapa cara yang dapat dicoba.

Ketika anda merasa siap untuk kembali berhubungan intim, mulailah perlahan. Take it slow. Santai saja. Dan gunakan metode yang dapat diandalkan sebagai alat kontrasepsi. Menyusui secara eksklusif (dianjurkan selama 6 bulan) akan memberi anda perlindungan optimal.

Dengarkan tubuh anda

Semua anjuran atau peringatan ini belum tentu berlaku untuk semua orang. Setiap perempuan dan setiap kehamilan adalah unik. Yang berlaku untuk satu perempuan mungkin tak dapat diterapkan oleh perempuan lainnya. Dan antara kehamilan satu dengan lainnya juga mungkin tidak sama.

Yang paling penting; ‘dengarkan’ apa yang dikatakan tubuh anda. Walaupun 6 minggu telah terlewati, tapi jika tubuh anda merasa belum siap, jangan paksakan diri. Lagi-lagi pasangan anda adalah orang yang paling patut untuk mengerti dan berempati atas apa yang sedang anda alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar